Recent post
Archive for June 2013
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika
seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Misalnya perilaku
konsumen pada suatu produk mie instan yaitu mie sedap dan indomie. Indomie
sangat terkenal di pasaran karena enak dan telah lama dikenal oleh masyarakat.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen
untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah
(low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah,
sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Proses pengambilan
keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen
akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan
membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa
adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk
yang akan dibeli.
2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami
masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses
pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan
pengalaman orang lain (eksternal).
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah
konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi
alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen
mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat
keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan
pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan
adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi pasca-pembelian (post-purchase evaluation)
merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada
tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen
akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam
hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika
produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan
permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen
akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan
hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan.
Faktor-faktor yang
memengaruhi
Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan
keputusan pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada
dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang
terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan
pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian
yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang
akan suatu hal.
4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan
tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka
akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan
tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut
Strategi Pemasaran
untuk memuaskan konsumen dan produsen secara maksimal
Strategi suatu cara yang diutaakan untuk mencapai tujuan.
Strategi pemasaran cara untuk mencapai tujuan di dalam melakukan kegiatan
distribusi atau penjualan. Di dalam strategi pemasaran terdapat cara tertentu
dalam meningkatkan proses distribusi agar terciptanya keuntungan yang maksimal bagi
produsen dan kepuasan yang maksimal bagi konsumen. Di saat menjalankan proses
tersebut pemasaran pun memiliki hal-hal guna menunjang proses distribusi atau
penjualan, dan untuk mencapai kepuasan konsumen. Strategi tersebut pun
meliputi:
1. Produk
(barang, jasa, ide)
Segala hasil kerja manusia yang dapat ditawarkan kepada
manusia lainnya baik berupa barang, jasa atau ide.
2. Nilai
Perkiraan konsumen atas suatu produk untuk kepuasan mereka,
apa yang dirasakan atau diinginkan.
3. Biaya
Harga yang harus dibayar konsumen atas produk yang
dikonsumsi.
4. Pasar
Tempat yang berisi semua pelanggan potensial yang berniat
untuk transaksi terhadap suatu produk.
Ketika proses distribusi atau penjualan berlangsung dengan
menentukan produk, nilai, biaya, pasar. Dengan berjalan lancer proses
distribusi atau penjualan kepuasan akan timbul untuk para produsen dengan
adanya keuntungan yang maksimal dan kepuasan yang timbul pada konsumen.
Kesimpulan
Pada dasarnya manusia sebagai konsumen membeli barang dan
jasa adalah untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan hidup. Keinginan dan
kebutuhan manusia itu sifatnya tidak terbatas, tetapi sumber daya yang dimilki
terbatas. Oleh karena itu demi mendapatkan suatu barang untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan tersebut maka seseorang akan rela menukarkan atau
mengorbankan benda atau barang yang dimiliki, seperti uang atau benda-benda
lainnya. Produsen sebagai penjual penyedia barang, dan konsumen sebagai
pembeli. Semua itu meruapakan pendukung dengan adanya pemasaran. Di dalam harga
dan kualitas produk pun terdapat strategi-strategi yang kuat guna mencapai
kepuasan yang dirasakan oleh para konsumen. Menetapkan Harga yang relative
murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi, sedangkan pada kualitas produk
itu sendiri yaitu konsumen akan merasa puas apabila mendapatkan produk yang
baik atau yang sesuai harapan.
PENGERRTIAN ORGANISASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau
informasi dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi
atau pengertian yang sama.
Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan
adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling
bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau
menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar
pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara
lebih terperinci.
Komunikasi organisasi pada umumnya juga membahas tentang
struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses
pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan
sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling
bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horisontal.
JENIS KOMUNIKASI ORGANISASI
KOMUNIKASI INTERNAL
Adalah komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri,
Misalnya, Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam
suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan
secara horizontal dan vertikal didalm perusahaan, sehingga perusahaan berjalan
KOMUNIKASI HORIZONTAL
Komunikasi mendatar, antara anggota staf dengan anggota
staf. Berlangsung tidak formal, lain dengan komunikasi vertikal yang formal.
Komunikasi terjadi tidak dalam suasana kerja ! Empoyee Relation dan sering
timbul Rumours, Grapevine, Gossip.
KOMUNIKASI DIAGONAL
Komunikasi antara pemimpin seksi atau bagian dengan pegawai
seksi atau bagian lainnya.
KOMUNIKASI EKSTERNAL
Komunikasi antara pemimpin organisasi dengan khalayak
audience di luar organisasi.
Gaya komunikasi organisasi
menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss ada enam gaya
komunikasi, yaitu;
1. Gaya komunikasi mengendalikan
Gaya komunikasi mengendalikan ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah.
Pihak - pihak yang memakai gaya komunikasi mengendalikan
ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka
untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian
untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian
pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan
untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak
khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator mengendalikan ini,
tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada
usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. Gaya komunikasi
mengendalikan ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja
dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun
demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada
negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang
negatif pula.
2. Gaya komunikasi dua arah
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan
secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi gaya komunikasi dua arah
dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai
dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya
komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. Gaya komunikasi dua arah ini
ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi
serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks
pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. Gaya komunikasi dua arah ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam
memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil
keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula
yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota
dalam suatu organisasi.
3. Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan
pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang
harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang
lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja,
aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of
Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang
mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan
Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa struktur yang efisien adalah
orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan
agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan. Gaya komunikasi yang dinamis ini
sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga.
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah
mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat
dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa
karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah
yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing Style Gaya komunikasi ini lebih
mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang
lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika
pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung
jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini
digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena
ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut.
Kesimpulan :
Jadi yang dimaksud dengan Komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal
maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo,
kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan
pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai
pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan.